Harimau Dari Negeri Lima
Oleh : Aliza Mehayu
Tersebutlah di sebuah kerajaan bernama Negeri Lima, seorang putra
mahkota akan menghadiri upacara pengangkatannya sebagai pewaris tahta.
Tapi sedihnya, karena ulang perdana menteri maka tak ada satu pejabatpun
yang datang ke balairung istana. Raja dan Putra Mahkota tak bisa
berbuat apa-apa, karena kendali politik ada di tangan Perdana Menteri.
Raja
yang sedang sakit berpesan pada anaknya, "Putra Mahkota kau harus
mengingat hari ini dengan jelas. Jika kau ingin memerintah memerintah
negeri ini maka kau memegang kendali politiknya."
Putra
Mahkota yang berusia remaja itu menahan kemarahan dalam hati. Ia paham
apa maksud ayahnya. Tak berguna sebuah gelar kalau kalau tak
berkompeten. Perdana mentri memang sengaja walk out dr penobatan Putra
Mahkota. Dia ingin menunjukkan pada rakyat bahwa ialah yang berkuasa.
Dan ia juga ingin menekankan pada Putra Mahkota bahwa di negeri ini
kekuasaan raja tak punya taring jika tidak di dukung parlemen.
Tak
lama kemudian raja yang sakitpun meninggal,dan Putra Mahkota naik
tahta. Raja baru sangat paham kalau perpolitikan masih di bawah kendali
Perdana Menteri. Langkah awal yang ia ambil adalah menimbulkan
perpecahan antara Perdana Menteri dan menteri pendukungnya.
Caranya?
Caranya
dengan mengangkat ratu, yang merupakan putri dari salah satu menteri
bawahan sang Perdana Menteri. Dengan begitu raja sudah punya pengikut
yang jelas akan mendukungnya. Kasihan ratu, pernikahannya hanya alat
politik saja. Tapi ratu nan bijaksana ini tetap bahagia.
"Mungkin
sudah takdirku. Tak mengapa, Ibu. Walau Yang Mulia Raja tak
mencintaiku, aku tetap bahagia. Aku adalah ibu dari negara ini, jadi aku
akan melaksanakan tugasku dengan sempurna sebagai ibu negri ini" Begitu
ucap Ratu pada ibunya.
Raja sangat cerdik. Ia sengaja
memilih mertuanya yang seorang Menteri Pertahanan yang membawahi semua
tentara kerajaan. Otomatis semua tentara kerajaan sudah Raja kuasai.
Perdana Menteri mulai ketar ketir. Ia tak mengira Raja yang belum
berusia 18 tahun itu begitu cerdik.
"Selama ini ia
berpenampilan bak seorang pangeran manja, yang hanya bisa bersembunyi di
balik kebesaran nama ayahnya. Aku keliru."
Memang ini
adalah trik dari mendiang raja yang sudah meninggal. Dia mencitrakan
kalau anaknya hanya pangeran manja dan pemalas, padahal sebenarnya ia
telah mempersiapkan penerus yang mumpuni. Ia tahu rencana licik Perdana
Menteri. Tapi kondisinya sudah begitu lemah sejak kecil, jadi
pemerintahan sering di ambil alih oleh parlemen. Jadi saat ia sedang
terbaring sakit, Perdana Menteri lah yang memerintah dan mengambil
kebijakan yang menguntungkan golongannya saja.
Ia tak ingin
putranya kelak hanya jadi boneka Perdana Menteri. Dan dengan sengaja
mengatur gossip yang mengatakan kalau Putra Mahkota hanya seorang
pemalas dan bodoh.
Caranya dengan menyebar tukang gossip di pasar,
di pesta, di jamuan makan, di kedai-kedai dan tempat keramaian lainnya.
Si BiGoss (Biang Gossip) ini untuk membaur dengan ibu-ibu dan
menyebarkan kejelekan Putra Mahkota. Dan....berhasil!
Itulah
mengapa Perdana Menteri yang sudah menyiapkan putrinya untuk jadi ratu,
sangat terkejut. Tadinya ia sudah menyiapkan trik agar yang dipilih
sebagai ratu adalah putrinya.
Setelah menguasai kekuatan
militer, Raja sudah menyiapkan langkah selanjutnya. Raja berkata pada
penasehatnya, "Penasehat, menurutmu apa yang saat ini sangat di butuhkan
oleh rakyatku?"
"Harga bahan pokok yang terjangkau, Yang Mulia." Jawab Penasehat.
"Bagaimana caranya supaya harga bahan pokok bisa turun?" Raja bertanya lagi.
"Itu..sangat susah, Yang Mulia. Hampir tidak mungkin." Sang Penasehat menjawab dengan muka keruh.
"Karena
negeri kita bukan negeri agraris, jadi bahan pokok semuanya kita impor
dari negeri tetangga. Tanah di negeri kita tandus tidak bisa di pakai
untuk pertanian." Tambah Penasehat.
"Paman, tidak ada yang
tidak mungkin di dunia ini." Yang Mulia tersenyum pada Penasehat yang
juga adalah pamannya. "Memang kita bukan negri agraris tapi tanah kita
yang tandus kaya kandungan minyak bumi dan mineral berharga batu bara."
Ucap Raja
"Yang Mulia tahu, kan, kalau tambang-tambang
kita di kuasai oleh pihak asing yang telah bekerja sama dengan Perdana
Menteri" Sanggah Penasehat.
"Dan Perdana Mentri dengan liciknya
telah membuat kesepakatan dengan pihak asing tersebut, atas nama
kerajaan." Kata Penasehat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar